tinta sejarah belum lagi mengering menulis tentang namanya.
namun lidah,fikir wanitg-wanita negeri ini telah terbata membaca cita-citanya.
saat kartini mempunyai beribu arti dalam penalaran kita.
emansipasi kebablasan yang berkonotasi pada kebebasan yang tak terbatashingga ingkar dari fitrah seorang wanita menurut ajaran Tuhan min adhdhulumati ila an nur….
dari kegelapan menuju cahaya karna wanita sejujur nya adalah cahaya karna wanita adalah terang karna wanita adalah nur namun kini seolah cahaya itu kembali suram bertabir ke’egoan pun kesalahpahaman meng’artikan emansipasi hingga meretas jalan menuju kemungkaran benarkah seperti ini cita-cita Kartini
kemajuan kah seperti ini atau malah keterpurukan para kaumnya mana kala kain kain menjadi minim membalut tubuh yang molek atau kata rayu berbalut kincu tercipta dari kelenturan lidah mereka yang bersuara jauh tiada guna dari tauladhan pun laku-laku meniru kaum kaum mayoritas yang mengaku berfikiran maju dan berpendidikan
Kartini adalah sosok asli wanita Indonesia cerminan pribadi timur wanita yang beradap santun pada semua tanpa terpengaruh budaya yang tak bermoral persama’an hak adalah cita cita nya bukan kebebasan yang di umbar dalam kehidupan hingga tiada lagi kodrat dan fitrah wanita tanpa beda antara seorang pria wanita bukan lah se ekor ayam yang tertatih yang mengais butiran beras untuk anak anak nya wanita adalah cahaya di segala ruang penjuru istana rumah tangga nya
-untuk kita renung kan-
” Allah SWT tidak menciptakan wanita dari kepala laki-laki untuk di jadikan atasannya, tidak juga Allah SWT menciptakan wanita dari kaki laki-laki untuk di jadikan alas nya, tetapi Allah SWT ciptakan wanita dari tulang rusuk laki laki dekat dengan lengan untuk di lindungi dan dekat dengan hati untuk di mengerti dan di cintai